Penulis: Afwan Fakhri Ramadhan (Kelas V)

Ilustrator: Ilham Denardi (Kelas V-1)

 

"Pergi kau dari rumah!" Bentak ayah dengan keras kepadaku.

Aku yang mendengar itu sontak langsung terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Aku pun beranjak pergi dari tempat itu dengan pikiran yang bercampur aduk. Lalu aku masuk ke dalam kamarku dan mengunci pintu juga terduduk lemas di atas ranjangku. Akupun mulai membaringkan tubuhku dan mencoba untuk tidur, berharap ini semua hanyalah mimpi buruk yang aku alami hari ini.

Suara azan pun berkumandang, lalu akupun terbangun dari tidurku, dan beranjak pergi menuju kamar mandi untuk mengambil wudu. Setelah berwudu akupun melaksanakan salat subuh di kamarku.

Sehabis melaksanakan salat akupun berdoa agar semua masalah yang ada di keluargaku ini bisa selesai dan berharap semua kembali seperti dulu lagi, yang di mana tidak ada perselisihan antara ibu dan ayah.

Setelah itu akupun membereskan tempat tidur, dan bersiap-siap untuk mandi dan sarapan pagi, sehabis mandi aku kembali ke kamarku untuk mempersiapkan buku sekolahku, lalu aku beranjak ke dapur untuk sarapan pagi, dan tidak sengaja aku  melihat ayah dan ibu yang sedang bertengkar.

Akupun langsung memutar pandanganku dan berjalan ke arah kamar lalu bersiap-siap  untuk berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah aku pun duduk sambil melamun memikirkan ibu ku yg sedang bertengkar dengan ayah.

Aku terkejut ketika sahabat dekatku Manda menghampiri sambil bertanya padaku.

"Apa yang membuat berbeda pada hari ini Mel? Apa yang kau pikirkan?" Akupun hanya menggelengkan kepala dan guru pun datang.

"Gak kok, aku gak apa-apa." Jawabku. Setelah itu kamipun mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Setelah beberapa saat, jam pelajaran pun telah usai dan bu guru mempersilakan kami pulang ke rumah masing-masing.

Di perjalanan pulang, aku sudah membayangkan teriakan yang bersahutan dari mulut kedua orang tuaku. Sebenarnya beberapa minggu lalu keluarga kami masih damai dan tentram. Namun karena ayah di PHK dari pekerjaannya mereka mulai sering cekcok karena masalah ekonomi. Semenjak saat itu akulah jadi pelampiasan mereka berdua setiap hari.

Aku bingung kenapa aku yang disalahkan atas semua kejadian ini. Apakah sudah tidak ada lagi orang yang sayang padaku? Apakah sudah tidak ada lagi orang yang peduli padaku? Aku pun menghentikan langkahku, berhenti di halte lama yang tidak terpakai dan melipat kakiku. Tak terasa air mata mulai menetes membasahi rok sekolah ku. Kesedihan, dendam, amarah, kuluapkan melalui tangisan ini. Aku benar benar bingung akan semua hal yang terjadi sekarang ini.

Di tengah kekalutanku, tiba-tiba ada sebuah tangan yang memegang pundakku dari belakang. Sontak aku terkejut dan menoleh ke belakang dan mendapati Manda berdiri di belakangku. “Aku tau dari awal kamu sedang tidak baik-baik saja, Mel.’’ Ucap Manda tanpa berbicara aku pun langsung menghamburkan badanku ke pelukan Manda dan meluapkan tangisanku. “Kalau ada masalah itu cerita Mel, jangan di pendam sendiri. Kamu masik ada aku buat tempat untuk cerita. Bahkan mami sama papi khawatir kenapa akhir-akhir ini kamu jarang main ke rumah. Nenek juga selalu nanyain kamu, kok. Kita semua sayang dan peduli sama kamu.” Kata Manda. Mendengar perkataan Manda aku sadar bahwa masih banyak orang yang sayang dan peduli padaku. “Makasih ya Manda.” Ucapku. Aku pun mengeratkan pelukanku padanya.

Editor: Isma Hdy

Serba Serbi Terbaru

AKU BUKAN ANA 08 Juli 2025
Terbawa Arus 04 Juli 2025
Bayang-Bayang Langit Pesantren 03 Juli 2025
CAHAYA IMAN CACA 22 April 2025